- Kongres Persatuan PWI Segera Digelar, Hendry-Zulmansyah Sepakati SC dan Peserta
- HUT ke25, LPM Banten Usulkan Perda dan Pergub Banten yang Atur Keberadaan LPM Secara Berjenjang
- PWI Kota Tangsel Periode 2025-2028 Resmi Dilantik, Usung Profesionalisme dan Soliditas
- Ombudsman Banten Awasi Penilaian Kompetensi dan Potensi ASN Pemprov Banten
- Maksimalkan Kinerja, Gubernur Banten Andra Soni: Perkuat Komunikasi dan Kerja Kolektif
Mendikbud Jelaskan Mengapa UNBK Tahun Ini Lebih Sulit

Jakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengakui, sebagai pembuat soal Ujian Nasional Berbasis Komputer ( UNBK ) 2018 lebih sulit dari sebelumnya.Namun, tutur dia, pemerintah bukan tanpa alasan untuk membuat soal UNBK yang lebih sulit. Seperti, muncul berbagi protes di media soal terkait dengan soal UNBK 2018.
“Kami sudah mulai menerapkan standar internasional, baik itu untuk matematika, literasi maupun untuk pengetahun alam yang disebut HOTS,” kata Muhadjir di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (13/4/2018).
HOTS adalah singkatan dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pemerintah mengharapkan para siswa mencapai berbagai layanan dengan menggunakan HOTS.
Kompetensi tersebut Yaitu Berpikir Kritis (berpikir criticial), kreatif Dan innovation (kreativitas dan inovasi), kemampuan communicate (keterampilan komunikasi), kemampuan BEKERJA sama (kolaborasi) Dan Kepercayaan Diri (percaya diri).
“Jadi ada beberapa yang menjadi sasaran karakter siswa dan juga tentu saja melekat pada sistem evaluasi kita dalam ujian nasional itu,” kata Mendikbud .
Menurut Muhadjir, Program HOTS Pemberian Pemberian Pajak masih rendah untuk Pengkajian Siswa Internasional (PISA) Indonesia dengan negara lain. Jadi, ucap dia, standar soal ujian nasional ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan.
Sebenarnya, tutur Mendikbud, standar HOTS sudah disampaikan ke sekolah-sekolah. Kemudian guru memulai kisi-kisi standar tersebut untuk diproses kepada siswa.
Menurut Mendikbud, Penjelasan tentang UNBK yang lebih bisa dilakukan dan menuai, bisa melakukan berbagai hal.
“Itu bisa bisa di mana-mana, bisa kisi-kisi belum tersosialisasi dengan baik, bisa gurunya, terakhir, siswanya banyak yang tidak siap banyak Pertimbangkan sama tahun-tahun,” kata dia.(kmp)